WARNING PANGDAM XVII CENDERAWASIH KEPADA WARTAWAN SECARA TERTUTUP UNTUK NAMA TPN/OPM TIDAK Rimba SPMNews: Rencana Operasi Militer untuk menjadikan daerah Puncak Jaya Sebagai Daerah Operasi Militer benar-benar terbukti seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya. Hal itu terbukti setelah TNI/POLRI sert Densus 88 berhasil menembak seorang pasukan Tentara Revolusi West Papua atas nama Warius Telenggen Pada Tgl. 18 Mey 2010, di Distrik Mewogoluk, Mulia-Kab. Puncak Jaya.
Setelah pulang kampungnya Tete Nicolas Jouwe ke Tanah air, kemudian ia kembali dinobatkan menjadi putra Indonesia serta resmi menjadi Warga Negara Indonesia pada Tanggal 17 Mey 2010 yang menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan Rakyat Papua.
Di tempat terpisah di saat media masa saat meliput berita di sela-sela jamuan malam, Pangdam XVII/Cenderwasih Mayjen TNI Hotma Marbun menutup pembicaraanya dengan wartawan dengan kalimat, kembalinya Pencetus OPM Nicolas Jouwe ke pangkuan NKRI berarti secara otomatis nama OPM/TPN berakhir di Media masa kata Pangdam XVII/Cenderwasih kepada wartawan di sela-sela perjamuan malam bersama secara tertutup.
Di media masa kedua kalinya menyebut perjuangan Rakyat Papua di Rimba Raya TPN/OPM menjadi GERAKAN PENGACAU KEAMANAN (GPK) setelah sekian lama nama ini terkubur di zaman orde baru. Setelah reformasi, muncul nama asli perjuangan rakyat Papua dengan nama TPN/OPM di media masa cetak maupun electrinik local, nasional dan internasional, kemudian tanggal 18 May 2010 di zaman reformasi dan demokrasi nama itu dikubur hidup-didup karena NKRI merasa terganggu setiap saat ketika nama kedua organisasi itu dimuat di media, tetapi itu semua siasat musuh rakyat West Papua karena NKRI mau membawa nama ke-dua organ ini ke lingkaran sipil bersenjata atau yang sedikit lagi akan dikategorikan gerakan sipil bersenjata/TERORIS.
Menurut beberapa rekan-rekan terpercaya yang kerja di Papua Pos dan Tifa Papua di Port Numbay mengatakan bahwa semua wartawan media cetak maupun media elektronik dilarang keras menggunakan nama TPN/OPM lagi didalam semua peristiwa di Papua, karena nama itu sudah mati alias habis ketika kedatangan pencetus OPM, Nicolas Jouwe ke NKRI. Maka itu mulai hari ini tidak ada lagi nama TPN/OPM di Papua yang ada hanya Gerakan Pengacau Keamanan ( GPK ), untuk itu para wartawan waktu meliput berita dan redaksinya tidak dibenarkan menaruh, memuat/menulis nama TPN/OPM didalam media masa cetak maupun electronik.
Hal itu disampaikan Pangdam XVII/Cenderwasih disela-sela jamuan makan malam bersama kedua Mentri yang datang dari Jakarta pada Tanggal 17 Mey 2010.
Kata Pangdam, kalian wartawan/wartawati media cetak maupun media electronic, ketika kamu menulis nama TPN/OPM di media massa maka dunia International melihat bahwa perjuangan orang Papua mau merdeka itu masi ada, kalian yang sedang mengangkat-angkat nama itu, sedangkan orang yang mencetuskan nama itu sudah kembali ke NKRI. Jadi hal ini menjadi perhatian utama waktu anda meliput berita nama TPN/OPM jangan lagi ditulis di media masa, bahwa mereka it memang pengacau keamanan jadi tarulah disitu nama mereka (GPK) sesuai dengan nama tempo doloe Tahun 80-90an.
Hal itu terbukti, pada Tanggal 18 Mey 2010, nama TPN/OPM tidak dicantumkan lagi di Media Masa local cetak maupun electronic di Papua, setelah pasukan Gabungan TNI/POLRI menembak tempat Warius Telenggen, Leut. II TRWP, media masa pertama kali menulis nama TPN/OPM menjadi GERAKAN PENGACAU KEAMANAN (GPK).
Siasat NKRI, BIN, BAIS, BAKIN untuk mematikan, menghapuskan, meniadakan Perjuangan Murni Rakyat Papua dibawah nama TPN/OPM sekaligus menggolongkan pergerakan ini menjadi pergerakan Sipil Bersenjata akhirnya perjuangan ini akan dimasukan didalam lingkaran TERORIS, hal itu telah terbukti.
Hal ini telah dilakukan dan berhasil membawa nama TPN/OPM didalam lingkaran TERORIS maka jangan kaget kalau lembaga-lembaga HAM dunia Internasional tidak tertarik lagi dengan situasi HAM di Papua karena hal itu menjadi target utama NKRI dan sekutunya yang berperang melawan terorisme di dunia saat ini.
Strategy NKRI untuk menghancurkan nama baik TPN/OPM sejak lama mereka telah bekerja dibawa kendali CIA dan KOPASSUS. Hal itu kita dapat melihat dari hasil-hali operasi mereka seperti kami paparkan berikut ini; atas nama TPN/OPM ada beberapa orang masyarakat sipil Kulit putih/orang barat/orang asing dan sejenisnya yang telah dibunuh oleh NKRI dibawah Komando Pasukan Khusus-nya yang terlatih di Timika dan di beberapa tempat agar kedua nama organisasi OPM/TPN masuk dalam lingkaran Sipil Bersenjata/Teroris. Jika kedua organ tersebut sudah masuk dalam lingkaran/kategori Sipil bersenjata/Teroris maka perang atas terorisme di Papua akan digerakan oleh Negara-negara yang berperang melawan terorisme di muka bumih West Papua, salah satunya adalah Amerika dan sekutunya.
Sejarah yang sebenarnya adalah; Tete Nico bukan pencetus nama OPM, dia dalah pencetus sekaligus pencipta Bendera West Papua, Lambang Negara Mambruk. Tetapi sekali lagi ini adalah siasat NKRI untuk menguburkan hudup-hidup nama organisasi tersebut. Untuk itu kita perlu memakai siasat lain lagi dan kami sudah melangkah lebih jauh. Hal itu tidak perlu kita buka disini. HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI dan SEKALIGUS MENJADI BAHAN RENUNGAN OLEH ORAN- ORANG PAPUA YANG SUNGGUH-SUNGGUH BERJUANG UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI NKRI
Melihat perkembangan siasat musuh ini maka muncul pertanyaan lagi kepada kita-kita yang masih mempertahankan nama TPN/OPM dalam perjuangan Papua Merdeka;
Maka muncul beberapa pertanyaan:
Sampai dimana Perjuangan Rakyat Papua sekarang?
Apakah dengan terdaftarnya nama OPM/TPN di meja hijau/PBB berarti nama ini tetap diakui sebagai perjuangan Revolusi? Ato sebaliknya?
Apakah Amerika, Belanda dan sekutunya menganggap OPM/TPN sebagai pejuang dan pembela hak-hak dasar bangsa Papua?
Apakah nama itu menjadi juru selamat untuk Rakyat Papua?
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas mari kita lihat Siasat NKRI dan kerja-kerja Intelijen-nya di dalam Tubuh kedua organisasi, (OPM/TPN).
Ada beberapa Perwira TPN yang telah lama kongkalingkon dengan KOPASSUS dan kantor-kantor konsulat Indonesia di PNG sejak Tahun 80-an sampai sekarang. Entah perwira TPN-PB/OPM ini memang dipasang atau karena tidak tau main politik, atau cari makan atas nama kedua organisasi ini, silahkan anda menilai sendiri.
Pada Tahun 1987 hari Minggu Tgl. 7 Desember saudara Laurentz Dloga dibunuh karena dia menggantikan nama TPN/OPM Menjadi Pergerakan Revolusi West Papua (PRWP) sedangkan nama organisasi induk payung politik dipisahkan dari sayap militer. Jend. Lourentz melihat ada permainan beberapa perwira TPN/OPM dengan musuh sehingga untuk membersihkan nama baik Revolus murni maka ia menggantikan nama tersebut namun KOPASSUS melalui mata-matanya main lebih dalam dengan Perwira TPN/OPM Sehingga Laurentz dibunuh oleh rekan-rekanya sendiri demi kepintingan mempertahankan nama oragan perjuanagan TPN/OPM.
( Ini siasat NKRI menggunakan nama TPN/OPM untuk menguburkan, menghabiskan, menghilangkan perjuangan murni rakyat Papua maka kita sebagai pejuang yang sungguh-sungguh mau merdeka harus pelajari baik segala bentuk siasat NKRI maka pengalaman ini harus menjadi GURU/PELAJARAN yang baik untuk meneruskan perjuangan).
TIDAK SAMPAI DISITU…
Setelah kejadian itu, usaha-usaha musuh dengan perwira-perwira TPN/OPM masih tetap berjalan lancar dengan jalan menjalin hubungan kerja sama yang lebih mendalam lagi.
Untuk mengantisipasi permainan musuh serta pembenahan dalam tubuh kedua organ TPN/OPM maka pada Tahun 2006 Ketua OPM, Panglima Tertinggi TPN/OPM mengadakan Kongres resmi di rimba raya dengan melahirkan resolusi-resolusi didalam kongres itu yang telah termuat didalam anggaran dasar TPN/OPM.
Didalam kongres dilakukan beberapa perubahan-perubahan yang significan, diantaranya Pemisahan Organisasi sayap Milter dari Organisasi payung politik Sipil, pergantian nama TPN menjadi Tentara Revolusi West Papua (TRWP) agar nama perjuangan murni dan kotor dalam perjuangan dapat terlihat jelas agar kekuatan musuh dapat terungkap dan dihancurkan.
Pergantian nama dan istilah-istilah dalam organisasi didalm konggres membuat beberapa perwira menangis, entah tidak tau, karena pintu untuk cari makan atas nama “M”/TPN/OPM telah tertutup? Atau mendukung siasat musuh NKRI untuk membasmi/menghapuskan nama TPN/OPM itu tidak berhasil? Atau apa gerangan para perwira tersebut menangis? Sedangkan situasi menuntut nama harus diganti, karena nama itu sudah dipakai musuh untuk menjadikan lahan berbisnis dan sekalian menjadi milik musuh untuk mengakhiri perjuangan murni Rakyat Papua.
Musuh tidak tinggal diam, melalui konsulat NKRI di Vanimo diadakan rapat bersama dengan Perwira-perwira TPN/OPM tersebut, surat undangan dan bukti-bukti ada di tangan paduka yang mulia Mathias Wenda, Gen. TRWP.
Pertemuan tersebut diadakan di Konsulat RI di Vanimo antara Konsulat RI bersama Perwira TPN/OPM pada Tggl. 11 September 2009 memutuskan beberapa keputusan diantaranya:
Pertemuan tertutup Konsulat RI di Vanimo bersama pimpinan TPN/OPM untuk mengantisipasi situasi di Perbatasan RI-PNG. Sesuai hasil pertemuan ini TPN/OPM akan melanjutkan rapat di pertahanan pusat TPN/OPM untuk melanjutkan sesuai hasil rapat. Keputusan bersama yang telah kami sepakati bersama (kedua bela pihak Konsulat RI-TPN/OPM) adalah:
1. Mathias Wenda beserta stafnya mengatur waktu untuk harus kembali dan minta maaf kepada panglima kodap II serta kepada pejuang TPN/OPM.
2. Lewat kerja sama TPN/OPM, konsulat Indonesia dan Pemerintah PNG segera menangkap Mathias Wenda dan stafnya dan dikirim ke Kiongga/Penjara.
3. Mathias Wenda harus bertanggun jawab atas penangkapan Tuan Jonah Penggu Wenda karena ada indikasi permainan dalam penangkapanya di Sorong.
4. Tuan Mathias Wenda segera mengembalikan nama organisasi TPN/OPM dari yang telah dirobah menjadi TRWP.
5. Himbauan ini setelah dan sesuai hasil rapat pertama pada Tggl. 11 September ( Hari Jumat) 2009 dengan Konsulat Indonesia di Vanimo-PNG.
6. Yang kedua hasil rapat anggota TPN/OPM pada Tgl.20 ( hari minggu) September 2009 di Daunda.
Kami yang menghimbau atas nama dan dari organisasi TPN/OPM sebagai berikut:
Sebagai Penanggung Jawab : 1. Brigjen Ally Obiur Kogoya ( KORDAP II BALIM)
2. Brigjen Patric Saul Huby
3. Brigjen. Herman Abubakar Wenda.
Dengan Anggota: 1. Brigjen. Piter J.M. Tabuni
2. Letkol. Endy Wakur
3. Letkol. Milele Wenda
4. Kolonel. Lanek Kenelak
Surat himbauan ini dikeluarkan di : Markas Pusat TPN/OPM , Wara Kalap.
Pada Tanggal : 22 September 2009. Dari hasil pertemuan diatas maka muncul beberapa pertanyaan penting yang dapat disikapi. Jika kita berpir secara akal sehat sebagai manusia yang sempurna maka isi dari surat diatas ini kita bisa menarik kesimpulan didalam era revolusi bahwa:
bisakah seorang perwira memerintahkan seorang Panglima Tertinggi dengan bunyi dan isi surat demikian?
Apakah model kerja sama dengan musuh ini di era revolusi dapat dibenarkan?
Siapa yang seharusnya tunduk dibawa komando revolusi, Panglima atau Perwira?
Apa maksud dari kerjama, pertemuan bersama dan memutuskan bersama dengan musuh?
Apa Hubungan penangkapan Jonah Penggu dengan Panglima Tertinggi TRWP? Seharusnya mereka yang harus cari tau kenapa-mengapa Jonah ditangkap, karena mereka yang punya hubungan kerja sama dengan musuh melalui konsulat RI di Vanimo. Perwira-perwira yang mempertahankan nama organisasi TPN/OPM ini menjalin hubungan kerja sama yang tidak masuk diakal, sebenarnya didalam hukum revolusi, orang-orang yang demikian harus ditembak mati! Ini adalah hukum dan nilai dari revolusi, tetapi untuk menilai semua itu kembali kepada kita orang Papua yang sungguh-sungguh ingin memisahkan diri dari kolonial NKRI.
Tidak hanya itu, Jor Kogoya atas nama TPN/OPM masih membawa rakyat yang tidak tau apa-apa ke KOREM /SIPUR di Waena-Abepura, Jayapura untuk dialog dengan TNI. Tidak masuk diakal jika seorang tentara Revolusi yang melawan penjajah mau mengadakan kerja sama dengan angkatan yang dia berperang sepeti ini. Jika bangsa lain yang berjuang sama dengan west papua, atau Negara yang ingin mendukung perjuangan Papua melihat hal ini mereka akan tertawa dan mereka akan mengatakan menghabiskan waktu, biarkan mereka bermain-main karena mereka memang tidak serius untuk merdeka. Hal ini akan mempersulit para diplomat kita diluar untuk membuka mulut, karena diplomat bicara lain, sementara yang mengaku sayap kiri militer bermain lain, apa hasilnya? 0.
Semua bukti surat-surat undangan serta agenda rapat ada di tangan Paduka Panglima Tertinggi Tentara Revolusi West Papua, Mathisas Wenda, Gen. TRWP.
Tidak sampai disitu, Jhona Penggu Wenda masih membawa orang tua yang bertahun-tahun bertahan di hutan untuk bergerilya melawan musuh TNI/POLRI masih di bawa turun ke Madang, PNG kemudia diundang turun ke Timika kota atas dan kepentinan DIALOG akhirnya paduka yang mulia Kelly Kwalik, Gen. TRWP ditembak mati oleh Pasukan khusus TNI yang bergabung dan memakai seragam Densus 88. Dokumen lengkap kerja-sama NKRI dengan Jonah Penggu ada di tangan Paduka Mathias Wenda, Gen. TRWP sebagai catatan pribadi.
Tidak HANYA itu, masyarakat yang ada di Tolikara berambut lingkar, berjenggot panjang dibawa masuk ke Kantor Bupati Tolikara dan Jhon Tabo mengakui mereka sebagai anggota TPN/OPM yang menyerahkan diri ke pemerintah Kabupaten Tolikara atas kerja-kerja politik murahan Jhon Tabo diberi penghargaan oleh Jakarta, hal serupa mulai terjadi di beberapa kabupaten di Papua.
Di Pegunungan Bintang para pejuang menamakan diri TPN/OPM menyerahkan senjata jenis Loop dengan mouser ke Pangdam XVII/Cenderwasih ketika Pangdam Pangdam XVII melakukan kunjungan kerja di daerah tersebut.
Tidak berakhir disitu, Yance Hembring yang mengaku diri sebagai Panglima Daerah menyerahkan diri membewa masuk alat Negara ke musuh dan menyatakan diri menyerah atas nama TPN/OPM serta siap mendukung program NKRI didalam Otonomi Khusus, selanjutnya yang bersangkutan berada di Vanimo dengan misi khusu dari dan oleh NKRI. Mereka sedang berkumpul-kumpul di Daunda, Vanimo-PNG, mengadakan rapat-rapat beberapa kali disana, agenda dan hasil rapat ada di tangan kami. Target NKRI bersama mereka tidak lain adalah untuk membasmi Panglima Tertinggi Tentara Revolusi West Papua berserta pejuang-pejuang revolusioner yang bergerilya di Perbatasan RI-PNG.
Mereka yang berkumpul di Vanimo ini selalu melayangkan surat peringatan, surat ancaman agar segera kembalikan nama organisasi sayap militer TPN/OPM yang diganti menjadi TRWP, kepada Panglima Tertinggi Tentara Revolusi West Papua, Mathias Wenda, tetapi itu menjadi catatan pribadi beliau, karena perjuangan masih tetap berjalan dan pejuang-pejuang yang tunduk dan taat kepada Komando Revolusi murni masih ada untuk meneruskan perjuangan ini sampai Papua benar-benar merdeka.
Tujuan konggres TPN/OPM di rimba raya adalah memperjelas siasat musuh didalam ke-dua organisasi tersebut maka sejak perubahan nama sayap militer serta pemisahan kedua organsasi telah di ketahui bahwa TPN/OPM adalah nama organisasi yang telah dipakai oleh musuh untuk menghancurkan pertahanan pusat Tentara Revolusi West Papua, sayangnya ada orang-orang tertentu yang masih mempertahankan nama kedua organisasi tetap didalam satu serta mereka tidak setuju dengan perubahan nama sayap militer padahal permainan musuh melalui beberapa perwira TPN/OPM sudah ketahuan, maka ha-hal seperti ini telah menjadi catatan kaki untuk Panglima Tertinggi Tentara Revolusi West Papua, sayangnya Goliat Tabuni, Gen. TRWP telah kena noda beberapa kali di media colonial NKRI, TETAPI selanjutnya tidak akan lagi….
Masih banyak hal lagi yang bisa kami tuliskan disini, tetapi belum waktunya. Yang kami tuliskan disini hanya untuk bahan pelajaran untuk anda-anda yang masih mempertahankan, menggabungkan sekaligus nama kedua organisasi TPN/OPM.
Anda yang sedang mempertahankan nama kedua organ ini sengaja ataupun tidak sengaja, tau atau tidak tau, sadar atau tidak sadar, taulah bahwa anda sedang mendukung siasat musuh untuk membawa nama kedua Organ tersebut ke liang kubur yaitu TERORIS.
Hal yang sangat membahayakan lagi adalah sampai ada mahasiswa yang masih mempertahankan nama kedua organ tersebut, seharusnya mereka sudah mengerti dan memberi penjelansan kepada orang Tua yang bertahan di hutan. Mereka menamakan diri Mahasiswa namun mereka sendiri tidak membaca perkembangan situasi yang terjadi di pihak musuh mapun di pihak pertahanan TPN/OPM sendiri.
Hal ini terbukti karena pada suatu kesempatan kami bertemu dengan Mahaiswa bersangkutan lalu ia mengatakan “ Nama TPN/OPM sudah terdaftar di PBB dan dunia Internasional jadi nama ini tidak boleh diganti”, selanjutnya Ia katakana, “ Orang Papua banyak yang mati gara-gara dan atas nama TPN/OPM jadi nama ini tidak boleh diganti, nanti siapa yang pertanggung jawab dengan semua pengorbanan? Kemudian katanya lagi; “ Dunia Internasional mendesak segera kembalikan nama TPN/OPM yang telah digantikan menjadi TRWP, jadi TRWP harus dibubarkan”
Pertanyaanya: Nama TPN/OPM Terdaftar di PBB sebagai pemberontak sedikit lagi akan dilingkar menjadi organisasi sipil bersenjata sama dengan TERORIS. Maka yang anda maksudkan untuk mendukung siasat NKRI dengan kroninya untuk mengakhiri perjuangan Rakyat Papua?
Nama TPN/OPM masuk didalam catatan sejarah seumur hidup bangsa Papua, dia tidak akan dilupakan, kebaikan dan kekuranganya akan dicatat, dan sudah didokumenkan. Sama sepeti Indonesia mengganti-ganti nama organ militernya dan hal itu anda sendiri pernah pelajarinya. Maka yang anda maksudkan dengan pertanggung-jawaban apa? Pelaku sejarah, Panglima Tertinggi Tentara Revolusi West Papua masih ada, dia akan pertanggung jawabkan semua pengorbanan. Atau Mungkin anda ada maksud lain dibalik ini….?
Yang anda maksudkan dengan Dunia Internasional siapa? Apakah nama itu nama seorang Ipar ? Dunia mana yang anda maksud? Karena di Inggris Benny Wenda ada, yang kerja keras siang malam dan telah membawa nama ini ke dunia Internasional, tetapi dia tidak mengatakan demikian karena dia tau yang dia kerja adalah bagian dari kebijakan Pertahanan pusat TRWP.
Masalah ini sudah di dunia internasional artinya kalau masalah ini ditangani oleh pemerintahan di suatu Negara yang sudah merdeka, Seperti di Inggris itu masalah Papua sudah masuk ke Pemerintahan Kerajaan Inggris, sama seperti di Vanuatu. Jadi yang anda maksudkan Ketua IPWP/ILWP/ Pemerintah Vanuatu yang suru kembalikan nama TPN/OPM? Atau ada orang dibelakang anda yang menyuruh anda untuk berusaha kembalikan nama lama organ tersebut? Apa urusan mereka dengan organisasi perjuangan orang Papua? Karena mereka hanya sebagai pendukung dari apa yang pertahanan kerjakan, mereka bukan pengambil keputusan.
Mungkin kita mahasiswa yang belum memahami cara ber-organisasi maka anda perlu pelajari baik dan anda bisa kerja supaya anda-anda tidak tamba kasi kaco yang sedang dibenahi.
Sebenarnya bukan kami tidak mengerti dan tidak tau anda ini siapa sebenarnya dan untuk siapa anda kerja, kami sudah tau tapi kami tulis disini supaya anda insaf akan arah langkah anda yang membingungkan dirimu sendiri dan sekaligus sebagai peringatan agar anda bisa menyadarkan diri dari ketidak-sadaran anda oleh karena satu dan lain hal dari dan oleh musuhnya Rakyat Papua.
Semua pejuang di hutan rimba Papua atas nama pertahanan maupun pribadi pernah kerja sama dengan musuh, sampai dibawa ke Jakarta, diperlakukan sangat special, sayangnya dari hasil kerja sama mereka semuanya berakhir dengan kematian. Sangat disayangkan akhirnya mereka juga semua mati, mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat disayangkan. Ini akibat dari kerja sama jadi kalau ada yang baca tulisan ini teruskan supaya jangan sampe ada yang bisa sadar kembali.
Sebagian besar dari mereka kerja sama dengan alasan urus alat perang, ada yang urus dialog, ada yang cari makan, sampai sekarang atas nama dialog seorang Panglima Daerah KORDAP III Nemangkawi jadi korban.
Secara akal sehat sebagai manusia sempurna jika kita berpikir dengan akal sehat pula maka segala macam bentuk kerja sama apalagi dengan musuh didalam era revolusi sangat tidak dibenarkan. Hal ini bertentangan, bertolakan belakang dengan hukum Revolusi yang berlaku di dunia manapun, apa lagi Orang Papua kental dengan adat yang begitu kuat. Anda makan atau cuma bicara saja dengan musuh akibatnya anda akan kena peluru/mati.
Tanah Papua begitu baik akhirnya dia masi mempercayakan orang-orang yang benar-benar dan sungguh-sungguh mempertahankan nilai-nilai revolusi sehingga perjuangan ini masih berjalan dan sudah berada di daerah lawan untuk mengakhiri penderitaan Rakyat Papua.
Dari semua itu, yang belum pernah ketemu, kerja-sama, dengan musuh adalah : Mathias Wenda, Gen. TRWP, Goliat Tabuni, Gen. TRWP. Titus Murib Gen. TRWP, dkk-nya belum bisa kami sebut nama demi dan untuk keamanan.
Untuk itu untuk menyelamatkan perjuangan kita harus menjaga, melindungi setiap petinggi Revolusi yang masih ada, serta kita perlu mendorong Pemisahan nama ke-dua orang OPM=Payung politik, pertanggung -jawaban politik didalam diplomasi-diplomasinya, serta Tentara Revolusi West Papua adalah sayap kiri Militer West Papua untuk kepentingan dalam tugas-tugas bergerilya.
Kedua organisasi sudah dipisahkan dan telah membagi tugas didalam tugas dan kepemimpinan-nya masing-masing sebagaimana seharusnaya didalam dunia revolusi sesuai dengan era globalisasi saat ini. Revolusi serta tatik politik harus di ubah dan berjalan sesuai perkembangan dunia saat ini pula agar cara-cara main lama yang musuh sudah pake jangan sampai masuk lebih mendalam untuk menghancurkan perjuangan Papua Merdeka.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kedua organisasi telah memuat hal-hal yang perlu disikapi dan hal-hal yang harus dihindari maupun diwaspadai, salah satunya DIALOG. Dialog tidak termuat didalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kedua organisasi. Perjuangan ini tidak akan berakhir dengan dialog, malahan dialog akan melahirkan penyakit yang mematikan untuk Rakya Papua. Penyakit mematikan itu adalah Perpanjangan waktu untuk Otonomi Daerah, maka hal itu sangat ditentang oleh kedua organisasi. Kemerdekaan yang hakiki adalah ditempuh melalui jalur REVOLUSI TOTAL.
Sampai air mata darah turun-pun Indonesia bersama kroninya Amerika tidak akan meng-iya-kan DIALOG West Papua dengan NKRI, kalaupun Indonesia dan kroninya mengiyakan, berarti itu pasti untuk kepentingan Otonomi Ketiga, karena tidak ada orang-orang yang benar-benar mau merdeka yang akan hadir waktu dialog, yang akan hadir adalah orang-orang PAPINDO.
Tidak ada organisasi yang lahir dari rakyat secara demokratis melalui suatu konggres resmi dan diberikan legitimasi langsung oleh rakyat, selain OPM, PDP, TRWP, DAP dan DeMMAK. Maka ketika West Papua-Indonesia mau berdialog, yang akan meminta dialog itu sendiri siapa? Karena kedua bangsa tidak akan pernah duduk bersama untuk saling membuka celana dalam, lebih-lebih Indonesia. Indonesia-Amerika-Belanda, termasuk PBB yang telah melakukan pelanggaran HAM besar melalui proses PEPERA di Tanah Papua, maka bagaimana mungkin mereka meng-iyakan dialog untuk dan dengan tujuan minta merdeka?.
Artinya jika mereka (NKRI, USA, dan sekutunya) meng-iyakan DIALOG West Papua-Indonesia, maka sama saja mereka membuka celana dalam kusut yang bauhnya mematikan itu untuk dibuka di tempat umum terbuka maka ketahuilah bahwa dunia sudah mau kiamat. Mereka tidak mungkin menyetujui hali ini karena itu sangat bertentangan dengan kedaulatan Negara NKRI. Sama hal dengan OPM dan TRWP sendiri tidak menyetujui dan tidak pernah memberi ruang didalam anggaran dasar kedua organisasi untuk duduk bersama musuh untuk berdialok, karena hal itu bertentangan dengan Anggaran Dasar ke-dua organisasi.
Sebagai manusia yang berakal sehat mari kiata berfikir sejenak, bagaimana mungkin Indonesia dan sekutunya mengiyakan dialog, sedangkan dialog bertujuan untuk menyelesaikan masalah Papua secara damai untuk melepaskan diri dari NKRI. Jika muatan agenda dialog itu diluar dari minta MERDEKA maka mereka akan meng-iya-kan untuk West Papua-Indonesia duduk bersama untuk berdialog.
Yang dimaksudkan dengan dialog itu perlu diperjelas, karena yang mau di-dialogkan itu apa?
Tidak ada jalan yang akan membuka Dialog, semua jalan buntut di kedua bela pihak untuk meminta US, Indonesia Merdeka. Indonesia, Amerika, Belanda tau bahwa Papua pasti akan merdeka melalui jalur Revolusi jadi mereka tidak akan mengiyakan DIALOG, karena prose itu memakan waktu yang lama untuk mereka berkuasa di Tanah Papua, dan juga mereka tidak sebodoh itu untuk membuka diri untuk berdialog dengan Rakyat West Papua, karena agenda yang akan ditawarkan adalah Merdeka.
Apakah mereka sebodoh itu untuk melakukan hal ini?
Nama TPN/OPM telah menjadi milik NKRI maka kita yang masih berjuang perlu sadar dan memakai nama dengan resmi yang telah dirubah didalam sebuah Konggres resmi yaitu: Tentara Revolusi West Papua. Nama ini sesuai dengan nama Negara yaitu West Papua karena Papua Barat sebutan dari bahasa NKRI dan itu milik NKRI.
Memakai nama TPN-PB juga orang Papua sendiri menjadi kalang-kabut, sementara musuh tinggal tepuk tangan, karena nama itu sudah dikubur, dia adalah organisasi sipil bersenjata yang masih berjuang maka harus dihapuskan. Sementara yang dimaksud pembebasan itu sendiri harus terlepas dengan Nasional, maka pembebasan yang dimaksud akan jelas. Kalau tidak pembebasan didalam suatu negara yang sudah merdeka tapi karena pemerintahan tidak berjalan baik atau ada ketidak beresan dalam rumah tangga negara maka ketika Militer mau mengambil alih kekuasaan atau kudeta maka mereka akan memakai nama pembebasan dari…. Dan untuk…. Dan seterusnya. Ini menurut orang asing yang orang Papua sering jadikan Internasional sebagai tuhan dan juru selamat untuk bebaskan rakyat Papua.
Pertanyaan Akhir:
Siapa yang akan bikin Papua benar-benar Merdeka?
Indonesia akan kasi merdeka kepada Orang Papua melalui DIALGO? Amerika akan kasi karena Presiden Obama orang Hitam ? Ato akan turun dari langit ke bumi sebagai bumi baru ?
Jika anda bisa menjawab maka Papua akan benar-benar Merdeka, jika jawaban anda tepat!
SPMNews. Oleh
Tary K ====================================
Tary Karoba, PO.BOX7326, Borok 111, NCD PNG
Bank of WESTPAC, Branch Waigani Prive Papua New Guinea
Name : Elias Wasmatain
Account No : 6001007674
Swife code : WPACPGPM
BSB NO : 038007
====================================
Write or make ring before you send us the funds.
Mobile: +675 71456663.
Setelah pulang kampungnya Tete Nicolas Jouwe ke Tanah air, kemudian ia kembali dinobatkan menjadi putra Indonesia serta resmi menjadi Warga Negara Indonesia pada Tanggal 17 Mey 2010 yang menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan Rakyat Papua.
Di tempat terpisah di saat media masa saat meliput berita di sela-sela jamuan malam, Pangdam XVII/Cenderwasih Mayjen TNI Hotma Marbun menutup pembicaraanya dengan wartawan dengan kalimat, kembalinya Pencetus OPM Nicolas Jouwe ke pangkuan NKRI berarti secara otomatis nama OPM/TPN berakhir di Media masa kata Pangdam XVII/Cenderwasih kepada wartawan di sela-sela perjamuan malam bersama secara tertutup.
Di media masa kedua kalinya menyebut perjuangan Rakyat Papua di Rimba Raya TPN/OPM menjadi GERAKAN PENGACAU KEAMANAN (GPK) setelah sekian lama nama ini terkubur di zaman orde baru. Setelah reformasi, muncul nama asli perjuangan rakyat Papua dengan nama TPN/OPM di media masa cetak maupun electrinik local, nasional dan internasional, kemudian tanggal 18 May 2010 di zaman reformasi dan demokrasi nama itu dikubur hidup-didup karena NKRI merasa terganggu setiap saat ketika nama kedua organisasi itu dimuat di media, tetapi itu semua siasat musuh rakyat West Papua karena NKRI mau membawa nama ke-dua organ ini ke lingkaran sipil bersenjata atau yang sedikit lagi akan dikategorikan gerakan sipil bersenjata/TERORIS.
Menurut beberapa rekan-rekan terpercaya yang kerja di Papua Pos dan Tifa Papua di Port Numbay mengatakan bahwa semua wartawan media cetak maupun media elektronik dilarang keras menggunakan nama TPN/OPM lagi didalam semua peristiwa di Papua, karena nama itu sudah mati alias habis ketika kedatangan pencetus OPM, Nicolas Jouwe ke NKRI. Maka itu mulai hari ini tidak ada lagi nama TPN/OPM di Papua yang ada hanya Gerakan Pengacau Keamanan ( GPK ), untuk itu para wartawan waktu meliput berita dan redaksinya tidak dibenarkan menaruh, memuat/menulis nama TPN/OPM didalam media masa cetak maupun electronik.
Hal itu disampaikan Pangdam XVII/Cenderwasih disela-sela jamuan makan malam bersama kedua Mentri yang datang dari Jakarta pada Tanggal 17 Mey 2010.
Kata Pangdam, kalian wartawan/wartawati media cetak maupun media electronic, ketika kamu menulis nama TPN/OPM di media massa maka dunia International melihat bahwa perjuangan orang Papua mau merdeka itu masi ada, kalian yang sedang mengangkat-angkat nama itu, sedangkan orang yang mencetuskan nama itu sudah kembali ke NKRI. Jadi hal ini menjadi perhatian utama waktu anda meliput berita nama TPN/OPM jangan lagi ditulis di media masa, bahwa mereka it memang pengacau keamanan jadi tarulah disitu nama mereka (GPK) sesuai dengan nama tempo doloe Tahun 80-90an.
Hal itu terbukti, pada Tanggal 18 Mey 2010, nama TPN/OPM tidak dicantumkan lagi di Media Masa local cetak maupun electronic di Papua, setelah pasukan Gabungan TNI/POLRI menembak tempat Warius Telenggen, Leut. II TRWP, media masa pertama kali menulis nama TPN/OPM menjadi GERAKAN PENGACAU KEAMANAN (GPK).
Siasat NKRI, BIN, BAIS, BAKIN untuk mematikan, menghapuskan, meniadakan Perjuangan Murni Rakyat Papua dibawah nama TPN/OPM sekaligus menggolongkan pergerakan ini menjadi pergerakan Sipil Bersenjata akhirnya perjuangan ini akan dimasukan didalam lingkaran TERORIS, hal itu telah terbukti.
Hal ini telah dilakukan dan berhasil membawa nama TPN/OPM didalam lingkaran TERORIS maka jangan kaget kalau lembaga-lembaga HAM dunia Internasional tidak tertarik lagi dengan situasi HAM di Papua karena hal itu menjadi target utama NKRI dan sekutunya yang berperang melawan terorisme di dunia saat ini.
Strategy NKRI untuk menghancurkan nama baik TPN/OPM sejak lama mereka telah bekerja dibawa kendali CIA dan KOPASSUS. Hal itu kita dapat melihat dari hasil-hali operasi mereka seperti kami paparkan berikut ini; atas nama TPN/OPM ada beberapa orang masyarakat sipil Kulit putih/orang barat/orang asing dan sejenisnya yang telah dibunuh oleh NKRI dibawah Komando Pasukan Khusus-nya yang terlatih di Timika dan di beberapa tempat agar kedua nama organisasi OPM/TPN masuk dalam lingkaran Sipil Bersenjata/Teroris. Jika kedua organ tersebut sudah masuk dalam lingkaran/kategori Sipil bersenjata/Teroris maka perang atas terorisme di Papua akan digerakan oleh Negara-negara yang berperang melawan terorisme di muka bumih West Papua, salah satunya adalah Amerika dan sekutunya.
Sejarah yang sebenarnya adalah; Tete Nico bukan pencetus nama OPM, dia dalah pencetus sekaligus pencipta Bendera West Papua, Lambang Negara Mambruk. Tetapi sekali lagi ini adalah siasat NKRI untuk menguburkan hudup-hidup nama organisasi tersebut. Untuk itu kita perlu memakai siasat lain lagi dan kami sudah melangkah lebih jauh. Hal itu tidak perlu kita buka disini. HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI dan SEKALIGUS MENJADI BAHAN RENUNGAN OLEH ORAN- ORANG PAPUA YANG SUNGGUH-SUNGGUH BERJUANG UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI NKRI
Melihat perkembangan siasat musuh ini maka muncul pertanyaan lagi kepada kita-kita yang masih mempertahankan nama TPN/OPM dalam perjuangan Papua Merdeka;
Maka muncul beberapa pertanyaan:
Sampai dimana Perjuangan Rakyat Papua sekarang?
Apakah dengan terdaftarnya nama OPM/TPN di meja hijau/PBB berarti nama ini tetap diakui sebagai perjuangan Revolusi? Ato sebaliknya?
Apakah Amerika, Belanda dan sekutunya menganggap OPM/TPN sebagai pejuang dan pembela hak-hak dasar bangsa Papua?
Apakah nama itu menjadi juru selamat untuk Rakyat Papua?
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas mari kita lihat Siasat NKRI dan kerja-kerja Intelijen-nya di dalam Tubuh kedua organisasi, (OPM/TPN).
Ada beberapa Perwira TPN yang telah lama kongkalingkon dengan KOPASSUS dan kantor-kantor konsulat Indonesia di PNG sejak Tahun 80-an sampai sekarang. Entah perwira TPN-PB/OPM ini memang dipasang atau karena tidak tau main politik, atau cari makan atas nama kedua organisasi ini, silahkan anda menilai sendiri.
Pada Tahun 1987 hari Minggu Tgl. 7 Desember saudara Laurentz Dloga dibunuh karena dia menggantikan nama TPN/OPM Menjadi Pergerakan Revolusi West Papua (PRWP) sedangkan nama organisasi induk payung politik dipisahkan dari sayap militer. Jend. Lourentz melihat ada permainan beberapa perwira TPN/OPM dengan musuh sehingga untuk membersihkan nama baik Revolus murni maka ia menggantikan nama tersebut namun KOPASSUS melalui mata-matanya main lebih dalam dengan Perwira TPN/OPM Sehingga Laurentz dibunuh oleh rekan-rekanya sendiri demi kepintingan mempertahankan nama oragan perjuanagan TPN/OPM.
( Ini siasat NKRI menggunakan nama TPN/OPM untuk menguburkan, menghabiskan, menghilangkan perjuangan murni rakyat Papua maka kita sebagai pejuang yang sungguh-sungguh mau merdeka harus pelajari baik segala bentuk siasat NKRI maka pengalaman ini harus menjadi GURU/PELAJARAN yang baik untuk meneruskan perjuangan).
TIDAK SAMPAI DISITU…
Setelah kejadian itu, usaha-usaha musuh dengan perwira-perwira TPN/OPM masih tetap berjalan lancar dengan jalan menjalin hubungan kerja sama yang lebih mendalam lagi.
Untuk mengantisipasi permainan musuh serta pembenahan dalam tubuh kedua organ TPN/OPM maka pada Tahun 2006 Ketua OPM, Panglima Tertinggi TPN/OPM mengadakan Kongres resmi di rimba raya dengan melahirkan resolusi-resolusi didalam kongres itu yang telah termuat didalam anggaran dasar TPN/OPM.
Didalam kongres dilakukan beberapa perubahan-perubahan yang significan, diantaranya Pemisahan Organisasi sayap Milter dari Organisasi payung politik Sipil, pergantian nama TPN menjadi Tentara Revolusi West Papua (TRWP) agar nama perjuangan murni dan kotor dalam perjuangan dapat terlihat jelas agar kekuatan musuh dapat terungkap dan dihancurkan.
Pergantian nama dan istilah-istilah dalam organisasi didalm konggres membuat beberapa perwira menangis, entah tidak tau, karena pintu untuk cari makan atas nama “M”/TPN/OPM telah tertutup? Atau mendukung siasat musuh NKRI untuk membasmi/menghapuskan nama TPN/OPM itu tidak berhasil? Atau apa gerangan para perwira tersebut menangis? Sedangkan situasi menuntut nama harus diganti, karena nama itu sudah dipakai musuh untuk menjadikan lahan berbisnis dan sekalian menjadi milik musuh untuk mengakhiri perjuangan murni Rakyat Papua.
Musuh tidak tinggal diam, melalui konsulat NKRI di Vanimo diadakan rapat bersama dengan Perwira-perwira TPN/OPM tersebut, surat undangan dan bukti-bukti ada di tangan paduka yang mulia Mathias Wenda, Gen. TRWP.
Pertemuan tersebut diadakan di Konsulat RI di Vanimo antara Konsulat RI bersama Perwira TPN/OPM pada Tggl. 11 September 2009 memutuskan beberapa keputusan diantaranya:
Pertemuan tertutup Konsulat RI di Vanimo bersama pimpinan TPN/OPM untuk mengantisipasi situasi di Perbatasan RI-PNG. Sesuai hasil pertemuan ini TPN/OPM akan melanjutkan rapat di pertahanan pusat TPN/OPM untuk melanjutkan sesuai hasil rapat. Keputusan bersama yang telah kami sepakati bersama (kedua bela pihak Konsulat RI-TPN/OPM) adalah:
1. Mathias Wenda beserta stafnya mengatur waktu untuk harus kembali dan minta maaf kepada panglima kodap II serta kepada pejuang TPN/OPM.
2. Lewat kerja sama TPN/OPM, konsulat Indonesia dan Pemerintah PNG segera menangkap Mathias Wenda dan stafnya dan dikirim ke Kiongga/Penjara.
3. Mathias Wenda harus bertanggun jawab atas penangkapan Tuan Jonah Penggu Wenda karena ada indikasi permainan dalam penangkapanya di Sorong.
4. Tuan Mathias Wenda segera mengembalikan nama organisasi TPN/OPM dari yang telah dirobah menjadi TRWP.
5. Himbauan ini setelah dan sesuai hasil rapat pertama pada Tggl. 11 September ( Hari Jumat) 2009 dengan Konsulat Indonesia di Vanimo-PNG.
6. Yang kedua hasil rapat anggota TPN/OPM pada Tgl.20 ( hari minggu) September 2009 di Daunda.
Kami yang menghimbau atas nama dan dari organisasi TPN/OPM sebagai berikut:
Sebagai Penanggung Jawab : 1. Brigjen Ally Obiur Kogoya ( KORDAP II BALIM)
2. Brigjen Patric Saul Huby
3. Brigjen. Herman Abubakar Wenda.
Dengan Anggota: 1. Brigjen. Piter J.M. Tabuni
2. Letkol. Endy Wakur
3. Letkol. Milele Wenda
4. Kolonel. Lanek Kenelak
Surat himbauan ini dikeluarkan di : Markas Pusat TPN/OPM , Wara Kalap.
Pada Tanggal : 22 September 2009. Dari hasil pertemuan diatas maka muncul beberapa pertanyaan penting yang dapat disikapi. Jika kita berpir secara akal sehat sebagai manusia yang sempurna maka isi dari surat diatas ini kita bisa menarik kesimpulan didalam era revolusi bahwa:
bisakah seorang perwira memerintahkan seorang Panglima Tertinggi dengan bunyi dan isi surat demikian?
Apakah model kerja sama dengan musuh ini di era revolusi dapat dibenarkan?
Siapa yang seharusnya tunduk dibawa komando revolusi, Panglima atau Perwira?
Apa maksud dari kerjama, pertemuan bersama dan memutuskan bersama dengan musuh?
Apa Hubungan penangkapan Jonah Penggu dengan Panglima Tertinggi TRWP? Seharusnya mereka yang harus cari tau kenapa-mengapa Jonah ditangkap, karena mereka yang punya hubungan kerja sama dengan musuh melalui konsulat RI di Vanimo. Perwira-perwira yang mempertahankan nama organisasi TPN/OPM ini menjalin hubungan kerja sama yang tidak masuk diakal, sebenarnya didalam hukum revolusi, orang-orang yang demikian harus ditembak mati! Ini adalah hukum dan nilai dari revolusi, tetapi untuk menilai semua itu kembali kepada kita orang Papua yang sungguh-sungguh ingin memisahkan diri dari kolonial NKRI.
Tidak hanya itu, Jor Kogoya atas nama TPN/OPM masih membawa rakyat yang tidak tau apa-apa ke KOREM /SIPUR di Waena-Abepura, Jayapura untuk dialog dengan TNI. Tidak masuk diakal jika seorang tentara Revolusi yang melawan penjajah mau mengadakan kerja sama dengan angkatan yang dia berperang sepeti ini. Jika bangsa lain yang berjuang sama dengan west papua, atau Negara yang ingin mendukung perjuangan Papua melihat hal ini mereka akan tertawa dan mereka akan mengatakan menghabiskan waktu, biarkan mereka bermain-main karena mereka memang tidak serius untuk merdeka. Hal ini akan mempersulit para diplomat kita diluar untuk membuka mulut, karena diplomat bicara lain, sementara yang mengaku sayap kiri militer bermain lain, apa hasilnya? 0.
Semua bukti surat-surat undangan serta agenda rapat ada di tangan Paduka Panglima Tertinggi Tentara Revolusi West Papua, Mathisas Wenda, Gen. TRWP.
Tidak sampai disitu, Jhona Penggu Wenda masih membawa orang tua yang bertahun-tahun bertahan di hutan untuk bergerilya melawan musuh TNI/POLRI masih di bawa turun ke Madang, PNG kemudia diundang turun ke Timika kota atas dan kepentinan DIALOG akhirnya paduka yang mulia Kelly Kwalik, Gen. TRWP ditembak mati oleh Pasukan khusus TNI yang bergabung dan memakai seragam Densus 88. Dokumen lengkap kerja-sama NKRI dengan Jonah Penggu ada di tangan Paduka Mathias Wenda, Gen. TRWP sebagai catatan pribadi.
Tidak HANYA itu, masyarakat yang ada di Tolikara berambut lingkar, berjenggot panjang dibawa masuk ke Kantor Bupati Tolikara dan Jhon Tabo mengakui mereka sebagai anggota TPN/OPM yang menyerahkan diri ke pemerintah Kabupaten Tolikara atas kerja-kerja politik murahan Jhon Tabo diberi penghargaan oleh Jakarta, hal serupa mulai terjadi di beberapa kabupaten di Papua.
Di Pegunungan Bintang para pejuang menamakan diri TPN/OPM menyerahkan senjata jenis Loop dengan mouser ke Pangdam XVII/Cenderwasih ketika Pangdam Pangdam XVII melakukan kunjungan kerja di daerah tersebut.
Tidak berakhir disitu, Yance Hembring yang mengaku diri sebagai Panglima Daerah menyerahkan diri membewa masuk alat Negara ke musuh dan menyatakan diri menyerah atas nama TPN/OPM serta siap mendukung program NKRI didalam Otonomi Khusus, selanjutnya yang bersangkutan berada di Vanimo dengan misi khusu dari dan oleh NKRI. Mereka sedang berkumpul-kumpul di Daunda, Vanimo-PNG, mengadakan rapat-rapat beberapa kali disana, agenda dan hasil rapat ada di tangan kami. Target NKRI bersama mereka tidak lain adalah untuk membasmi Panglima Tertinggi Tentara Revolusi West Papua berserta pejuang-pejuang revolusioner yang bergerilya di Perbatasan RI-PNG.
Mereka yang berkumpul di Vanimo ini selalu melayangkan surat peringatan, surat ancaman agar segera kembalikan nama organisasi sayap militer TPN/OPM yang diganti menjadi TRWP, kepada Panglima Tertinggi Tentara Revolusi West Papua, Mathias Wenda, tetapi itu menjadi catatan pribadi beliau, karena perjuangan masih tetap berjalan dan pejuang-pejuang yang tunduk dan taat kepada Komando Revolusi murni masih ada untuk meneruskan perjuangan ini sampai Papua benar-benar merdeka.
Tujuan konggres TPN/OPM di rimba raya adalah memperjelas siasat musuh didalam ke-dua organisasi tersebut maka sejak perubahan nama sayap militer serta pemisahan kedua organsasi telah di ketahui bahwa TPN/OPM adalah nama organisasi yang telah dipakai oleh musuh untuk menghancurkan pertahanan pusat Tentara Revolusi West Papua, sayangnya ada orang-orang tertentu yang masih mempertahankan nama kedua organisasi tetap didalam satu serta mereka tidak setuju dengan perubahan nama sayap militer padahal permainan musuh melalui beberapa perwira TPN/OPM sudah ketahuan, maka ha-hal seperti ini telah menjadi catatan kaki untuk Panglima Tertinggi Tentara Revolusi West Papua, sayangnya Goliat Tabuni, Gen. TRWP telah kena noda beberapa kali di media colonial NKRI, TETAPI selanjutnya tidak akan lagi….
Masih banyak hal lagi yang bisa kami tuliskan disini, tetapi belum waktunya. Yang kami tuliskan disini hanya untuk bahan pelajaran untuk anda-anda yang masih mempertahankan, menggabungkan sekaligus nama kedua organisasi TPN/OPM.
Anda yang sedang mempertahankan nama kedua organ ini sengaja ataupun tidak sengaja, tau atau tidak tau, sadar atau tidak sadar, taulah bahwa anda sedang mendukung siasat musuh untuk membawa nama kedua Organ tersebut ke liang kubur yaitu TERORIS.
Hal yang sangat membahayakan lagi adalah sampai ada mahasiswa yang masih mempertahankan nama kedua organ tersebut, seharusnya mereka sudah mengerti dan memberi penjelansan kepada orang Tua yang bertahan di hutan. Mereka menamakan diri Mahasiswa namun mereka sendiri tidak membaca perkembangan situasi yang terjadi di pihak musuh mapun di pihak pertahanan TPN/OPM sendiri.
Hal ini terbukti karena pada suatu kesempatan kami bertemu dengan Mahaiswa bersangkutan lalu ia mengatakan “ Nama TPN/OPM sudah terdaftar di PBB dan dunia Internasional jadi nama ini tidak boleh diganti”, selanjutnya Ia katakana, “ Orang Papua banyak yang mati gara-gara dan atas nama TPN/OPM jadi nama ini tidak boleh diganti, nanti siapa yang pertanggung jawab dengan semua pengorbanan? Kemudian katanya lagi; “ Dunia Internasional mendesak segera kembalikan nama TPN/OPM yang telah digantikan menjadi TRWP, jadi TRWP harus dibubarkan”
Pertanyaanya: Nama TPN/OPM Terdaftar di PBB sebagai pemberontak sedikit lagi akan dilingkar menjadi organisasi sipil bersenjata sama dengan TERORIS. Maka yang anda maksudkan untuk mendukung siasat NKRI dengan kroninya untuk mengakhiri perjuangan Rakyat Papua?
Nama TPN/OPM masuk didalam catatan sejarah seumur hidup bangsa Papua, dia tidak akan dilupakan, kebaikan dan kekuranganya akan dicatat, dan sudah didokumenkan. Sama sepeti Indonesia mengganti-ganti nama organ militernya dan hal itu anda sendiri pernah pelajarinya. Maka yang anda maksudkan dengan pertanggung-jawaban apa? Pelaku sejarah, Panglima Tertinggi Tentara Revolusi West Papua masih ada, dia akan pertanggung jawabkan semua pengorbanan. Atau Mungkin anda ada maksud lain dibalik ini….?
Yang anda maksudkan dengan Dunia Internasional siapa? Apakah nama itu nama seorang Ipar ? Dunia mana yang anda maksud? Karena di Inggris Benny Wenda ada, yang kerja keras siang malam dan telah membawa nama ini ke dunia Internasional, tetapi dia tidak mengatakan demikian karena dia tau yang dia kerja adalah bagian dari kebijakan Pertahanan pusat TRWP.
Masalah ini sudah di dunia internasional artinya kalau masalah ini ditangani oleh pemerintahan di suatu Negara yang sudah merdeka, Seperti di Inggris itu masalah Papua sudah masuk ke Pemerintahan Kerajaan Inggris, sama seperti di Vanuatu. Jadi yang anda maksudkan Ketua IPWP/ILWP/ Pemerintah Vanuatu yang suru kembalikan nama TPN/OPM? Atau ada orang dibelakang anda yang menyuruh anda untuk berusaha kembalikan nama lama organ tersebut? Apa urusan mereka dengan organisasi perjuangan orang Papua? Karena mereka hanya sebagai pendukung dari apa yang pertahanan kerjakan, mereka bukan pengambil keputusan.
Mungkin kita mahasiswa yang belum memahami cara ber-organisasi maka anda perlu pelajari baik dan anda bisa kerja supaya anda-anda tidak tamba kasi kaco yang sedang dibenahi.
Sebenarnya bukan kami tidak mengerti dan tidak tau anda ini siapa sebenarnya dan untuk siapa anda kerja, kami sudah tau tapi kami tulis disini supaya anda insaf akan arah langkah anda yang membingungkan dirimu sendiri dan sekaligus sebagai peringatan agar anda bisa menyadarkan diri dari ketidak-sadaran anda oleh karena satu dan lain hal dari dan oleh musuhnya Rakyat Papua.
Semua pejuang di hutan rimba Papua atas nama pertahanan maupun pribadi pernah kerja sama dengan musuh, sampai dibawa ke Jakarta, diperlakukan sangat special, sayangnya dari hasil kerja sama mereka semuanya berakhir dengan kematian. Sangat disayangkan akhirnya mereka juga semua mati, mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat disayangkan. Ini akibat dari kerja sama jadi kalau ada yang baca tulisan ini teruskan supaya jangan sampe ada yang bisa sadar kembali.
Sebagian besar dari mereka kerja sama dengan alasan urus alat perang, ada yang urus dialog, ada yang cari makan, sampai sekarang atas nama dialog seorang Panglima Daerah KORDAP III Nemangkawi jadi korban.
Secara akal sehat sebagai manusia sempurna jika kita berpikir dengan akal sehat pula maka segala macam bentuk kerja sama apalagi dengan musuh didalam era revolusi sangat tidak dibenarkan. Hal ini bertentangan, bertolakan belakang dengan hukum Revolusi yang berlaku di dunia manapun, apa lagi Orang Papua kental dengan adat yang begitu kuat. Anda makan atau cuma bicara saja dengan musuh akibatnya anda akan kena peluru/mati.
Tanah Papua begitu baik akhirnya dia masi mempercayakan orang-orang yang benar-benar dan sungguh-sungguh mempertahankan nilai-nilai revolusi sehingga perjuangan ini masih berjalan dan sudah berada di daerah lawan untuk mengakhiri penderitaan Rakyat Papua.
Dari semua itu, yang belum pernah ketemu, kerja-sama, dengan musuh adalah : Mathias Wenda, Gen. TRWP, Goliat Tabuni, Gen. TRWP. Titus Murib Gen. TRWP, dkk-nya belum bisa kami sebut nama demi dan untuk keamanan.
Untuk itu untuk menyelamatkan perjuangan kita harus menjaga, melindungi setiap petinggi Revolusi yang masih ada, serta kita perlu mendorong Pemisahan nama ke-dua orang OPM=Payung politik, pertanggung -jawaban politik didalam diplomasi-diplomasinya, serta Tentara Revolusi West Papua adalah sayap kiri Militer West Papua untuk kepentingan dalam tugas-tugas bergerilya.
Kedua organisasi sudah dipisahkan dan telah membagi tugas didalam tugas dan kepemimpinan-nya masing-masing sebagaimana seharusnaya didalam dunia revolusi sesuai dengan era globalisasi saat ini. Revolusi serta tatik politik harus di ubah dan berjalan sesuai perkembangan dunia saat ini pula agar cara-cara main lama yang musuh sudah pake jangan sampai masuk lebih mendalam untuk menghancurkan perjuangan Papua Merdeka.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kedua organisasi telah memuat hal-hal yang perlu disikapi dan hal-hal yang harus dihindari maupun diwaspadai, salah satunya DIALOG. Dialog tidak termuat didalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kedua organisasi. Perjuangan ini tidak akan berakhir dengan dialog, malahan dialog akan melahirkan penyakit yang mematikan untuk Rakya Papua. Penyakit mematikan itu adalah Perpanjangan waktu untuk Otonomi Daerah, maka hal itu sangat ditentang oleh kedua organisasi. Kemerdekaan yang hakiki adalah ditempuh melalui jalur REVOLUSI TOTAL.
Sampai air mata darah turun-pun Indonesia bersama kroninya Amerika tidak akan meng-iya-kan DIALOG West Papua dengan NKRI, kalaupun Indonesia dan kroninya mengiyakan, berarti itu pasti untuk kepentingan Otonomi Ketiga, karena tidak ada orang-orang yang benar-benar mau merdeka yang akan hadir waktu dialog, yang akan hadir adalah orang-orang PAPINDO.
Tidak ada organisasi yang lahir dari rakyat secara demokratis melalui suatu konggres resmi dan diberikan legitimasi langsung oleh rakyat, selain OPM, PDP, TRWP, DAP dan DeMMAK. Maka ketika West Papua-Indonesia mau berdialog, yang akan meminta dialog itu sendiri siapa? Karena kedua bangsa tidak akan pernah duduk bersama untuk saling membuka celana dalam, lebih-lebih Indonesia. Indonesia-Amerika-Belanda, termasuk PBB yang telah melakukan pelanggaran HAM besar melalui proses PEPERA di Tanah Papua, maka bagaimana mungkin mereka meng-iyakan dialog untuk dan dengan tujuan minta merdeka?.
Artinya jika mereka (NKRI, USA, dan sekutunya) meng-iyakan DIALOG West Papua-Indonesia, maka sama saja mereka membuka celana dalam kusut yang bauhnya mematikan itu untuk dibuka di tempat umum terbuka maka ketahuilah bahwa dunia sudah mau kiamat. Mereka tidak mungkin menyetujui hali ini karena itu sangat bertentangan dengan kedaulatan Negara NKRI. Sama hal dengan OPM dan TRWP sendiri tidak menyetujui dan tidak pernah memberi ruang didalam anggaran dasar kedua organisasi untuk duduk bersama musuh untuk berdialok, karena hal itu bertentangan dengan Anggaran Dasar ke-dua organisasi.
Sebagai manusia yang berakal sehat mari kiata berfikir sejenak, bagaimana mungkin Indonesia dan sekutunya mengiyakan dialog, sedangkan dialog bertujuan untuk menyelesaikan masalah Papua secara damai untuk melepaskan diri dari NKRI. Jika muatan agenda dialog itu diluar dari minta MERDEKA maka mereka akan meng-iya-kan untuk West Papua-Indonesia duduk bersama untuk berdialog.
Yang dimaksudkan dengan dialog itu perlu diperjelas, karena yang mau di-dialogkan itu apa?
Tidak ada jalan yang akan membuka Dialog, semua jalan buntut di kedua bela pihak untuk meminta US, Indonesia Merdeka. Indonesia, Amerika, Belanda tau bahwa Papua pasti akan merdeka melalui jalur Revolusi jadi mereka tidak akan mengiyakan DIALOG, karena prose itu memakan waktu yang lama untuk mereka berkuasa di Tanah Papua, dan juga mereka tidak sebodoh itu untuk membuka diri untuk berdialog dengan Rakyat West Papua, karena agenda yang akan ditawarkan adalah Merdeka.
Apakah mereka sebodoh itu untuk melakukan hal ini?
Nama TPN/OPM telah menjadi milik NKRI maka kita yang masih berjuang perlu sadar dan memakai nama dengan resmi yang telah dirubah didalam sebuah Konggres resmi yaitu: Tentara Revolusi West Papua. Nama ini sesuai dengan nama Negara yaitu West Papua karena Papua Barat sebutan dari bahasa NKRI dan itu milik NKRI.
Memakai nama TPN-PB juga orang Papua sendiri menjadi kalang-kabut, sementara musuh tinggal tepuk tangan, karena nama itu sudah dikubur, dia adalah organisasi sipil bersenjata yang masih berjuang maka harus dihapuskan. Sementara yang dimaksud pembebasan itu sendiri harus terlepas dengan Nasional, maka pembebasan yang dimaksud akan jelas. Kalau tidak pembebasan didalam suatu negara yang sudah merdeka tapi karena pemerintahan tidak berjalan baik atau ada ketidak beresan dalam rumah tangga negara maka ketika Militer mau mengambil alih kekuasaan atau kudeta maka mereka akan memakai nama pembebasan dari…. Dan untuk…. Dan seterusnya. Ini menurut orang asing yang orang Papua sering jadikan Internasional sebagai tuhan dan juru selamat untuk bebaskan rakyat Papua.
Pertanyaan Akhir:
Siapa yang akan bikin Papua benar-benar Merdeka?
Indonesia akan kasi merdeka kepada Orang Papua melalui DIALGO? Amerika akan kasi karena Presiden Obama orang Hitam ? Ato akan turun dari langit ke bumi sebagai bumi baru ?
Jika anda bisa menjawab maka Papua akan benar-benar Merdeka, jika jawaban anda tepat!
SPMNews. Oleh
Tary K ====================================
Tary Karoba, PO.BOX7326, Borok 111, NCD PNG
Bank of WESTPAC, Branch Waigani Prive Papua New Guinea
Name : Elias Wasmatain
Account No : 6001007674
Swife code : WPACPGPM
BSB NO : 038007
====================================
Write or make ring before you send us the funds.
Mobile: +675 71456663.
0 comments:
Post a Comment