OPERASI MILITER TNI/POLRI DI PUNCAK JAYA DIPERKECIL OPERASI BIASA, KENYATAAN BERBEDA, PUNCAK JAYA MURNI DAERAH OPERASI MILITER (DOM)
Rimba SPMNews: Kami mendapat telpon langsung orang terpercaya yang berada di Mulia, Puncak Jaya bahwa pendoropan TNI/POLRI lengkap dengan alat perang dan jumlahnya lebih dari yang diberitakan oleh media serta siaran radio RRI jayapura. Pendaratan pasukan TNI/POLRI dilakukan di empat titik, yaitu; dari arah Wamena, Tolikara masuk ke Ilu, Wamena Tiom (Lani Jaya) masuk ke Melageneri, Kwiyawage, arah Puncak Papua Ilaga, Puncak Jaya Mulia. Masyarakat dari berbagai kampong yang diungsikan meminta agar pendoropan pasukan hanya dilakukan di Mulia, karena Gerilyawan Goliat Tabuni dan pasukanya berada disana, tidak ada di daerah-daerah lain. Mereka yang diungsikan mulai menghadapi berbagai macam kendala, di antaranya; stok makanan mulai berkurang, anak-anak mereka tidak bisa mengikuti kegiatan belajar-mengajar, kesehatan mulai terganggu, tidak bisa berkebun karena mereka status pengungsi di tetangga.
Masyarakat sudah trauma dengan perlakuan pasukan TNI/POLRI yang biasanya ditodong bahkan ditembak mati jika mereka tidak menunjukan atau memberi tahu tempat persembunyian Goliat Tabuni, Titus Murib dan pasukanya. Operasi seperti ini hal biasa setiap kali ada peristiwa pasti TNI/POLRI turun tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu, tetapi kali ini saja pengumuman operasi di umumkan berarti ini operasi besar-besaran atau operasi tumpas, karena jumlah aparat yang turun bukan sedikit jumlahnya.
Meskipun banyak kalangan yang mendesak untuk operasi militer di Puncak Jaya tidak dilakukan, namun hal itu tidak ditanggapi aparat.
Melalui telpon gengamnya orang terpercaya tersebut mengatakan bahwa “saya dengar dari Radio RRI jumlahnya hanya 1 pleton untuk operasi di Puncak Jaya saja tapi kenyataan lain, aparat lain di drop di Lani Jaya melalui Wamena, dari Wamena ke Tolikara trus mereka lanjutkan ke Ilu, lain di turunkan di PuncakPapua, Ilaga.
Kami mohon doa dari setiap pemerhati HAM di seluruh dunia karena dalam operasi langsung di kampong tingginambut telah menewaskan dua orang ibu, 3 anak-anak, serta seorang laki-laki”. Demikian katanya dengan nada sedih. Ketika kami mencoba untuk meminta nama-nama korban tersebut, ia mengatakan sulit untuk mengenali muka-muka mereka yang tertembak karena tembakan aparat mengenai bagian kepala.
Operasi ini tidak hanya dituju kepada Gerilyawan Revolusi West Papua, tetapi seperti biasanya ketika aparat TNI/POLRI melakukuan operasi tumpas bagi siapa saja yang mereka temui.
Operasi tumpas dimulai dari beberapa kampong, diantaranya Mowogoluk, Tingginambut, Erimuli dekat kota Mulia, kab. Puncak Jaya.
Kami belum mendapat kepastian dari beberapa Kabupaten karena sulitnya komunikasi.
Demikian situasi langsung sementara di Mulia-Puncak Jaya, berita selanjutnya akan kami turunkan kemudian.
Salam Revolusi.
Rimba
Rimba SPMNews: Kami mendapat telpon langsung orang terpercaya yang berada di Mulia, Puncak Jaya bahwa pendoropan TNI/POLRI lengkap dengan alat perang dan jumlahnya lebih dari yang diberitakan oleh media serta siaran radio RRI jayapura. Pendaratan pasukan TNI/POLRI dilakukan di empat titik, yaitu; dari arah Wamena, Tolikara masuk ke Ilu, Wamena Tiom (Lani Jaya) masuk ke Melageneri, Kwiyawage, arah Puncak Papua Ilaga, Puncak Jaya Mulia. Masyarakat dari berbagai kampong yang diungsikan meminta agar pendoropan pasukan hanya dilakukan di Mulia, karena Gerilyawan Goliat Tabuni dan pasukanya berada disana, tidak ada di daerah-daerah lain. Mereka yang diungsikan mulai menghadapi berbagai macam kendala, di antaranya; stok makanan mulai berkurang, anak-anak mereka tidak bisa mengikuti kegiatan belajar-mengajar, kesehatan mulai terganggu, tidak bisa berkebun karena mereka status pengungsi di tetangga.
Masyarakat sudah trauma dengan perlakuan pasukan TNI/POLRI yang biasanya ditodong bahkan ditembak mati jika mereka tidak menunjukan atau memberi tahu tempat persembunyian Goliat Tabuni, Titus Murib dan pasukanya. Operasi seperti ini hal biasa setiap kali ada peristiwa pasti TNI/POLRI turun tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu, tetapi kali ini saja pengumuman operasi di umumkan berarti ini operasi besar-besaran atau operasi tumpas, karena jumlah aparat yang turun bukan sedikit jumlahnya.
Meskipun banyak kalangan yang mendesak untuk operasi militer di Puncak Jaya tidak dilakukan, namun hal itu tidak ditanggapi aparat.
Melalui telpon gengamnya orang terpercaya tersebut mengatakan bahwa “saya dengar dari Radio RRI jumlahnya hanya 1 pleton untuk operasi di Puncak Jaya saja tapi kenyataan lain, aparat lain di drop di Lani Jaya melalui Wamena, dari Wamena ke Tolikara trus mereka lanjutkan ke Ilu, lain di turunkan di PuncakPapua, Ilaga.
Kami mohon doa dari setiap pemerhati HAM di seluruh dunia karena dalam operasi langsung di kampong tingginambut telah menewaskan dua orang ibu, 3 anak-anak, serta seorang laki-laki”. Demikian katanya dengan nada sedih. Ketika kami mencoba untuk meminta nama-nama korban tersebut, ia mengatakan sulit untuk mengenali muka-muka mereka yang tertembak karena tembakan aparat mengenai bagian kepala.
Operasi ini tidak hanya dituju kepada Gerilyawan Revolusi West Papua, tetapi seperti biasanya ketika aparat TNI/POLRI melakukuan operasi tumpas bagi siapa saja yang mereka temui.
Operasi tumpas dimulai dari beberapa kampong, diantaranya Mowogoluk, Tingginambut, Erimuli dekat kota Mulia, kab. Puncak Jaya.
Kami belum mendapat kepastian dari beberapa Kabupaten karena sulitnya komunikasi.
Demikian situasi langsung sementara di Mulia-Puncak Jaya, berita selanjutnya akan kami turunkan kemudian.
Salam Revolusi.
Rimba
0 comments:
Post a Comment