KRISIS HAM DI MULIA, PUNCAK JAYA, PAPUA
LAPORAN LANGSUNG PEMIMPIN GEREJA GIDI DARI MULIA, PUNCAK JAYA HARI INI TANGGAL 7 JUNI 2010, 10:30 am, MENYANGKUT OPERASI TUMPAS DI DAERAH TERSEBUT dan KRISIS HAM.
Mulia, SPMNews: Operasi Tumpas yang diberlakukan di Daerah Operasi Militer (DOM) di Mulia, Puncak Jaya oleh TNI/POLRI untuk menumpas habis Girilyawan Komandan Operasi Pusat Tentara Revolusi West Papua, Nggoliar Tabuni dengan pasukanya telam menelan banyak korban masyarakat sipil di beberapa distrik dan desa yang dianggap/dicurigai/diduga pasukanya Ngoliar Tabuni bersembunyi.
Menurut seorang pemimpin gereja yang menangani pengungsi di kantor Klasis Mulia menyampaikan kepada kami melalui telepon genggamnya bahwa Operasi yang dituju untuk menumpas Gerilyawan Nggoliar Tabuni dengan pasukanya tidak dilakukan malahan aparat TNI/POLRI di tempatkan di setiap gedung-gedung sekolah, kantor-kantor Desa, gereja-gereja untuk dijadikan sebagai pos operasi Militer.
Pos induk ditempatkan di SD impress Yambi, desa-desa lain dijadikan sebagai pos operasi seperti kantor Desa Ngguragi menjadi pos militer, Gedung SD Tingginambut dipakai untuk pos operasi, Gedung Gereja di Tinggineri dipakai untuk pos operasi, Pilia Gereja dibakar lalu pasukan menggunakan gedung SD sebagai pos operasi, Kecamatan Ilu menjadi tempat pendropan pasukan melalui darat dan udara.
Kami menerima informasi langsung melalui telepon genggam dari seorang pemimpin gereja yang tidak dapat disebutkan namanya mengatakan bahwa; operasi kali ini lebih besar dan membabi buta karena terlalu banyaknya pasukan yang diturunkan di kampung-kampung yang menjadi sasaran Operasi Militer seperti di Nguragi, Ndondo, Pilia, Yambi, Tingginambut, Tingineri, Monia, sedangkan Ilu menjadi tempat pendropan pasukan dar arah Wamena, Tolikara.
Yeri Telenggen dibunuh dan di isi di karung dan dibuang di Nguragi, karena aparat menemukan foto bersama Warius Telenggen waktu peresmian Gereja di Kampung Guragi pada tanggal 1 january 2009, mayatnya dikebumikan di halaman kantor Klasis Mulia.
Masi di Ngguragi, 2 orang ditangkap, yang satu melarikan diri meski ia ditembak di bagian kaki, yang satunya aparat menyiram bensin di tubuhnya lalu sementara masih hidup ia dibakar, mukanya tidak bisa dikenal lagi.
Pilia Gereja dibakar lalu gedung sekola dijadikan pos TNI/POLRI. Mulia kota,truk Polisi menabrak 2 orang lalu mati tempat. Setiap gedung-gedung desa, sekolah di setiap kampong menjadi pos aparat TNI/POLRI.
Seluruh gembala-gembala atau pemimpin-pemimpin gereja diminta untuk kumpul di pos-pos TNI/POLRI namun Karena mereka mempunya banyak pengalaman maka untuk keamanan diri mereka sebagian lari ke Wamena, Tiom, Jayapura sedangkan semua jemaat yang tidak bisa mengungsi ke tetangga terdekat, mereka mengungsi semua ke kantor Klasis Mulia yang ditangani langsung oleh ketua Klasis, Darius Gire Game.
Sudah sampai di tempat pengungsi, aparat masih datang menangkap orang-orang yang masuk mengungsi di kantor klasis karena aparat menemukan album photo isinya ada beberapa orang yang dicurigai adalah anggota Nggoliar Tabuni, lalu poto dibawa ke tempat pengungsi untuk memeriksa muka-muka orang-orang yang ada di kantor klasis, jika ada, aparat membawa mereka untuk dijadikan penunjuk jalan, kalau menolak disiksa atau dihilangkan.
Masyarakat di kampung-kampung tidak bisa mengerti bahasa Indonesia dengan baik, apa lagi mau menjawabnya, sangat tidak mungkin, ditambah lagi dengan pengalaman operasi-operasi militer sebelumnya membuat mereka trauma yang masih tertinggal sehingga kedatangan aparat TNI/POLRI yang jumlahnya melebihi ini membuat mereka takut dan ada yang ditemukan gementar dan kincing-kincing. Hal ini membuat pasukan yang baru turun langsung dari Jakarta mencurigai tingkah masyarakat yang mencurigakan maka pasukan melepaskan tembakan dan menewaskan masyarakat sipil yang tidak tau apa-apa.
Pertanyaan-pertanyaan aparat yang tidak mungkin dimengerti oleh rakyat membuat situasi semakin keruh, yang menjadi sasaran aparat adalah rakyat sipil, bukan Revolutioner Ngoliar Tabuni dan pasukanya.
Aparat meminta masyarakat untuk menunjukan jalan dan tempat persembunyian Gnggoliar Tabuni dan pasukanya, sedangkan masyarakat tidak tahu-menahu tentang keberadaan Nggoliar Tabuni dan pasukanya, ditambah lagi masyarakat di kampung-kampung tidak bisa mendengar ataupun berbahasa Indonesia, hal ini membuat aparat marah dan membabi buta.
Aparat menggunakan kekerasan untuk dan atas nama operasi melawan Sipil Bersenjata terhadap masyarakat untuk menjadi penunjuk jalan agar menunjukan keberadaan Nggoliar Tabuni bersama pasukanya.
Ketua sinode GIDI, Lipiyus Biniluk, ST, Danius Game, Yason Wonda, Basman Enumbi, W Gire beserta beberapa petua Gereja ikut menjadi sasaran aparat karena aparat tidak ada jalan lain untuk menjadikan penunjuk jalan kecuali pemimpin gereja, maka mereka semua meninggalkan Mulia untuk sementara waktu.
Kata seorang komandan operasi yang sempat didengar oleh seorang pemimpin gereja bahwa “ Alasan, biar pemerintah daerah dan gereja semua pendukung OPM semua kami tidak pusing, kalian harus member tahu dimana keberadaan Nggoliar Tabuni dan pasukanya”.
Di tempat terpisah, Komandan Operasi Pusat, Tentara Revolusi West Papua, Nggoliar Tabuni mengatakan, “ Saya siap menghadap musuh, TNI/POLRI jangan menyiksa, membunuh, memakai rakyat untuk mencari saya, saya ada di lapangan yang sudah saya minta untuk ketemu saya, kita berhadapan jauh dari jangkauan rakyat biasa untuk menghindari korban di pihak sipil, saya minta kepada semua pendukung, pejuang Papua Merdeka di masing-masing profesi dan tugas untuk mendukung saya dalam segala kemampuan agar saya dimampukan untuk melawan musuh bangsa”.
Wartawan serta semua media dilarang untuk turun meliput berita, apa lagi menyiarkan informasi, sangat dilarang oleh Kapolda Papua, Irjen Pol. Drs. Bekto Suprapto M,Si maka media tertutup dalam operasi tumpas ini, untuk itu informasi yang kami dapat lewat telepon sering susah untuk menanyakan kembali, maka informasi ini adalah informasi langsung dan terpercaya dari Mulia, Puncak Jaya.
Demikian untuk sementara, mohon bisa di cek langsung, bila ada sanak saudara/keluarga yang ada di Mulia.
Salam Revolusi
Rimba, Border Crosser Soldier. ====================================
Tary Karoba, PO.BOX7326, Borok 111, NCD PNG
Bank of WESTPAC, Branch Waigani Prive Papua New Guinea
Name : Elias Wasmatain
Account No : 6001007674
Swife code : WPACPGPM
BSB NO : 038007
====================================
Write or make ring before you send us the funds.
Mobile: +675 71456663.
LAPORAN LANGSUNG PEMIMPIN GEREJA GIDI DARI MULIA, PUNCAK JAYA HARI INI TANGGAL 7 JUNI 2010, 10:30 am, MENYANGKUT OPERASI TUMPAS DI DAERAH TERSEBUT dan KRISIS HAM.
Mulia, SPMNews: Operasi Tumpas yang diberlakukan di Daerah Operasi Militer (DOM) di Mulia, Puncak Jaya oleh TNI/POLRI untuk menumpas habis Girilyawan Komandan Operasi Pusat Tentara Revolusi West Papua, Nggoliar Tabuni dengan pasukanya telam menelan banyak korban masyarakat sipil di beberapa distrik dan desa yang dianggap/dicurigai/diduga pasukanya Ngoliar Tabuni bersembunyi.
Menurut seorang pemimpin gereja yang menangani pengungsi di kantor Klasis Mulia menyampaikan kepada kami melalui telepon genggamnya bahwa Operasi yang dituju untuk menumpas Gerilyawan Nggoliar Tabuni dengan pasukanya tidak dilakukan malahan aparat TNI/POLRI di tempatkan di setiap gedung-gedung sekolah, kantor-kantor Desa, gereja-gereja untuk dijadikan sebagai pos operasi Militer.
Pos induk ditempatkan di SD impress Yambi, desa-desa lain dijadikan sebagai pos operasi seperti kantor Desa Ngguragi menjadi pos militer, Gedung SD Tingginambut dipakai untuk pos operasi, Gedung Gereja di Tinggineri dipakai untuk pos operasi, Pilia Gereja dibakar lalu pasukan menggunakan gedung SD sebagai pos operasi, Kecamatan Ilu menjadi tempat pendropan pasukan melalui darat dan udara.
Kami menerima informasi langsung melalui telepon genggam dari seorang pemimpin gereja yang tidak dapat disebutkan namanya mengatakan bahwa; operasi kali ini lebih besar dan membabi buta karena terlalu banyaknya pasukan yang diturunkan di kampung-kampung yang menjadi sasaran Operasi Militer seperti di Nguragi, Ndondo, Pilia, Yambi, Tingginambut, Tingineri, Monia, sedangkan Ilu menjadi tempat pendropan pasukan dar arah Wamena, Tolikara.
Yeri Telenggen dibunuh dan di isi di karung dan dibuang di Nguragi, karena aparat menemukan foto bersama Warius Telenggen waktu peresmian Gereja di Kampung Guragi pada tanggal 1 january 2009, mayatnya dikebumikan di halaman kantor Klasis Mulia.
Masi di Ngguragi, 2 orang ditangkap, yang satu melarikan diri meski ia ditembak di bagian kaki, yang satunya aparat menyiram bensin di tubuhnya lalu sementara masih hidup ia dibakar, mukanya tidak bisa dikenal lagi.
Pilia Gereja dibakar lalu gedung sekola dijadikan pos TNI/POLRI. Mulia kota,truk Polisi menabrak 2 orang lalu mati tempat. Setiap gedung-gedung desa, sekolah di setiap kampong menjadi pos aparat TNI/POLRI.
Seluruh gembala-gembala atau pemimpin-pemimpin gereja diminta untuk kumpul di pos-pos TNI/POLRI namun Karena mereka mempunya banyak pengalaman maka untuk keamanan diri mereka sebagian lari ke Wamena, Tiom, Jayapura sedangkan semua jemaat yang tidak bisa mengungsi ke tetangga terdekat, mereka mengungsi semua ke kantor Klasis Mulia yang ditangani langsung oleh ketua Klasis, Darius Gire Game.
Sudah sampai di tempat pengungsi, aparat masih datang menangkap orang-orang yang masuk mengungsi di kantor klasis karena aparat menemukan album photo isinya ada beberapa orang yang dicurigai adalah anggota Nggoliar Tabuni, lalu poto dibawa ke tempat pengungsi untuk memeriksa muka-muka orang-orang yang ada di kantor klasis, jika ada, aparat membawa mereka untuk dijadikan penunjuk jalan, kalau menolak disiksa atau dihilangkan.
Masyarakat di kampung-kampung tidak bisa mengerti bahasa Indonesia dengan baik, apa lagi mau menjawabnya, sangat tidak mungkin, ditambah lagi dengan pengalaman operasi-operasi militer sebelumnya membuat mereka trauma yang masih tertinggal sehingga kedatangan aparat TNI/POLRI yang jumlahnya melebihi ini membuat mereka takut dan ada yang ditemukan gementar dan kincing-kincing. Hal ini membuat pasukan yang baru turun langsung dari Jakarta mencurigai tingkah masyarakat yang mencurigakan maka pasukan melepaskan tembakan dan menewaskan masyarakat sipil yang tidak tau apa-apa.
Pertanyaan-pertanyaan aparat yang tidak mungkin dimengerti oleh rakyat membuat situasi semakin keruh, yang menjadi sasaran aparat adalah rakyat sipil, bukan Revolutioner Ngoliar Tabuni dan pasukanya.
Aparat meminta masyarakat untuk menunjukan jalan dan tempat persembunyian Gnggoliar Tabuni dan pasukanya, sedangkan masyarakat tidak tahu-menahu tentang keberadaan Nggoliar Tabuni dan pasukanya, ditambah lagi masyarakat di kampung-kampung tidak bisa mendengar ataupun berbahasa Indonesia, hal ini membuat aparat marah dan membabi buta.
Aparat menggunakan kekerasan untuk dan atas nama operasi melawan Sipil Bersenjata terhadap masyarakat untuk menjadi penunjuk jalan agar menunjukan keberadaan Nggoliar Tabuni bersama pasukanya.
Ketua sinode GIDI, Lipiyus Biniluk, ST, Danius Game, Yason Wonda, Basman Enumbi, W Gire beserta beberapa petua Gereja ikut menjadi sasaran aparat karena aparat tidak ada jalan lain untuk menjadikan penunjuk jalan kecuali pemimpin gereja, maka mereka semua meninggalkan Mulia untuk sementara waktu.
Kata seorang komandan operasi yang sempat didengar oleh seorang pemimpin gereja bahwa “ Alasan, biar pemerintah daerah dan gereja semua pendukung OPM semua kami tidak pusing, kalian harus member tahu dimana keberadaan Nggoliar Tabuni dan pasukanya”.
Di tempat terpisah, Komandan Operasi Pusat, Tentara Revolusi West Papua, Nggoliar Tabuni mengatakan, “ Saya siap menghadap musuh, TNI/POLRI jangan menyiksa, membunuh, memakai rakyat untuk mencari saya, saya ada di lapangan yang sudah saya minta untuk ketemu saya, kita berhadapan jauh dari jangkauan rakyat biasa untuk menghindari korban di pihak sipil, saya minta kepada semua pendukung, pejuang Papua Merdeka di masing-masing profesi dan tugas untuk mendukung saya dalam segala kemampuan agar saya dimampukan untuk melawan musuh bangsa”.
Wartawan serta semua media dilarang untuk turun meliput berita, apa lagi menyiarkan informasi, sangat dilarang oleh Kapolda Papua, Irjen Pol. Drs. Bekto Suprapto M,Si maka media tertutup dalam operasi tumpas ini, untuk itu informasi yang kami dapat lewat telepon sering susah untuk menanyakan kembali, maka informasi ini adalah informasi langsung dan terpercaya dari Mulia, Puncak Jaya.
Demikian untuk sementara, mohon bisa di cek langsung, bila ada sanak saudara/keluarga yang ada di Mulia.
Salam Revolusi
Rimba, Border Crosser Soldier. ====================================
Tary Karoba, PO.BOX7326, Borok 111, NCD PNG
Bank of WESTPAC, Branch Waigani Prive Papua New Guinea
Name : Elias Wasmatain
Account No : 6001007674
Swife code : WPACPGPM
BSB NO : 038007
====================================
Write or make ring before you send us the funds.
Mobile: +675 71456663.
0 comments:
Post a Comment